Selasa, 16 Februari 2010

Asmaul Husna (makna Al Fattah)

AL FATTAH = MAHA MEMBUKA
Kata Al Fattah terambil dari akar kata “fataha” yang pada dasarnya bermakna “antonim tertutup”, karena itu ia biasa diartikan “membuka”. Makna kata ini kemudian berkembang menjadi kemenangan, karena dalam “kemenangan” tersirat sesuatu yang diperjuangkan menghadapi sesuatu yang dihalangi dan ditutup. Kata ini juga bermakna “menetapkan hukum” karena dengan ketetapan itu terbuka jalan penyelesaian. Air yang keluar dari bumi(mata air), dinamai “fatah”, karena adanya sesuatu yang terbuka pada tanah sehingga ia dapat memancar; “irfan” (pengetahuan) juga dinamai demikian, karena ia membuka tabir kegelapan. Kata Al Fatah - sebagaimana terbaca maknanya di atas- tidak digunakan kecuali kalau sebelumnya terdapat ketertutupan, kesulitan, atau ketidakjelasan. Bukankah sesuatu yang dibuka adalah sesuatu yang sebelumnya tertutup? Dengan demikian Al Fatah adalah terbukanya segala sesuatu yang tertutup, baik material maupun spiritual.
Alloh SWT sebagai Al Fattah adalah Dia yang membuka dari hamba-hamba-Nya segala apa yang tertutup menyangkut sebab-sebab perolehan yang mereka harapkan. Pintu rezeki yang tertutup bagi seseorang dibuka-Nya, sehingga ia menjadi berkecukupan atau kaya. Hati yang tertutup menerima sesuatu seperti kebenaran, atau cinta, dibukanya sehingga terisi kebenaran dan terjalin cinta. Pikiran yang tertutup menyangkut satu problem dibukanya, sehingga terselesaikan kesulitan dan teratasi problem.
Dialah Pembuka dan Pemberi jalan keluar, Yang membuka semua yang terkunci, terikat, dan sulit. Ada beberapa hal yang tertutup bagi kita. Ada beberapa keadaan dan persoalan yang terikat pada sebuah simpul. Ada hal-hal yang sulit yang tidak dapat kita ketahui atau kita lewati. Sebagian diantaranya merupakan hal-hal yang bersifat material: profesi, pekerjaan, perolehan, kekayaan, tempat, dan kawan-kawan yang tak kita miliki. Ada juga hati yang terikat oleh belenggu kesedihan, pikiran yang terbelenggu oleh keraguan atau persoalan-persoalan yang tak dapat diatasi.
Alloh Al Fattah membuka semuanya. Tak ada yang tak tersedia bagi hamba kekasih Alloh, yang untuknya Al Fattah membukakan semua pintu. Tak ada kekuatan yang dapat terus-menerus mengunci pintu itu. Akan tetapi jika Alloh tidak membuka pintu rahmat-Nya, maka tak ada kekuatan yang bisa membuka pintu tersebut. Dia memiliki kunci perbendaharaan rahasia suci, yaitu hati manusia, yang sesungguhnya merupakan rumah Alloh.
Berdirilah di gerbang rahmat Alloh dan ketuklah pintu Al Fattah. Cepat atau lambat tentu Dia akan membukanya. Terus-meneruslah berdoa dan carilah segala sesuatu dari Alloh. Engkau miskin, Dialah Yang Mahakaya. Engkau memiliki kebutuhan, Dialah Yang Memenuhi Kebutuhan itu. Engkau berada dalam kegelapan, Dialah Cahaya. Insya Alloh, engkau akan melihat Al Wahhab ketika Dia membuka pintu itu.
Bukalah olehmu sendiri pintu kasih saying dan kebaikan hatimu! Tolonglah orang-orang yang lebih lemah, agar engkau terselamatkan dari kezaliman orang yang lebih kuat dari dirimu. Tolonglah orang yang jatuh, agar engkau ditolong jika engkau jatuh. Yang terpenting, janganlah kau menyakiti siapa pun, karena hal semacam itu mengunci pintu kasih sayang dan rahmat.
BAGIAN HAMBA
Abd Al Fattah adalah orang yang melalui usahanya telah mengangkat dirinya sendiri ke tingkat kesempurnaan, yang dengan pengetahuan dan pengalamannya dia dapat memecahkan persoalan duniawi maupun spiritualnya sendiri dan juga persoalan orang lain. Kemudian Alloh memberinya kunci rahasia segala ilmu. Dia membuka belenggu yang kuat, rahasia yang tersembunyi, hati yang sempit, karunia yang tertahan.
Imam Al Ghazali menulis bahwa amat wajar bagi manusia untuk mendambakan kiranya lidahnya dapat membuka rahasia-rahasia pengetahuan Ilahi serta menguraikan kepada manusia apa yang pelik dari persoalan-persoalan duniawi dan ukhrawi, agar ia dapat meraih sekelumit dari rahasia nama agung itu.
Imam Alqusyari menambahkan bahwa siapa yang menyadari bahwa Alloh adalah Penghampar semua sebab, Pembuka semua pintu, fikirannya tidak mungkin akan mengarah ke selain-Nya, hatinya tidak akan disibukkan kecuali oleh-Nya, dan dia akan terus hidup bersama-Nya, walau dalam penantian terbukanya pintu dan terhamparnya jalan, bahkan kalaupun dia mengalami cobaan, cobaan itu akan menambah kedekatan dan kepercayaannya kepada-Nya.
Selanjutnya, dituntut pula dari yang meneladani sifat Alloh ini untuk menghayati konteks penggunaannya dalam Al Qur’an, seperti yang dikemukakan di atas dan memperhatikan serta mengamalkan pengajaran-Nya menyangkut hubungan antar umat beragama. Bukankah Alloh sendiri yang menganugerahkan manusia kebebasan memilih agama dan melarang pemaksaan menganutnya, bahkan menciptakan perbedaan agar umat manusia berlomba di dalam kebaikan? “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Alloh menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Alloh hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Alloh-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Alloh-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS.Al Maidah 5 : 48)
Wahai Tuhanku, .. Ya Fattah, Ya ‘Alim, Bukalah pintu-pintu hatiku dengan siraman cahaya-Mu,.. Rahmatilah aku dengan ketaatan kepada-Mu, Lindungilah aku dari kedurhakaan terhadap-Mu, serta karuniakanlah aku dengan curahan ma’rifat-Mu. Tuhanku, jadikanlah aku berkecukupan dengan qudrat-Mu, bukan mengandalkan kemampuanku, dengan ilmu-Mu bukan bersandar pada ilmuku, dengan kehendak-Mu bukan mengikuti kehendakku, dengan sifat-sifat-Mu bukan menghiasi diriku dengan sifatku. Engkaulah pemilik bantuan dan anugerah dan Engkau MAha Kuasa atas segala sesuatu. Wallohu a’lam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar