Selasa, 16 Februari 2010

Asmaul Husna (Makna Ar Rozzak)

AR ROZZAK = Yang Maha Memberi rizki.
Ustad Mahmud Samiy menjelaskan makna Ar Rozzak. Dialah Dzat yang Yang menciptakan rizki dan sebab-sebabnya. Dialah yang memberikan karunia-Nya kepada segala yang ada, segala yang dapat memelihara materi dan bentuknya. Dia memberikan ilmu kepada akal, memberi pemahaman kepada hati, memberikan tajalli dan musyahadah kepada jiwa, memberikan makanan yang cocok kepada tubuh sesuai dengan keinginan, ada yang dilapangkan dan ada yang disempitkan tanpa ada yang menghalangi-Nya. Dengan kata lain Ar Rozzak itu adalah Dzat yang menciptakan rizki dan orang yang meminta rizki. Kemudian menguhubungakn antara keduanya. Juga menciptakan sebab-sebab untuk mendapatkan kesenangan dengan rizki itu bagi manusia.
Lebih lanjut ustad Mahmud Samiy menjelaskan.” rizki itu ada dua macam. Pertama, rizki lahir berupa makanan untuk tubuh. Kedua rizki batin berupa pengetahuan dan mukasyafah untuk qolbu. Jenis rizki yang kedua adalah yang paling mulia karena berbuah kehidupan yang abadi. Sedang buah rizki lahir adalah kekuatan jasmani untuk jangka waktu yang singkat saja. Alloh mengatur dua macam rizki itu dan diberikan oleh Alloh kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Demikian penjelasan ustad Mahmud Samiy.
ORANG YANG BERUNTUNG
Keberuntungan seorang hamba dari sifat ini akan diperoleh dengan dua syarat. Pertama, haruslah diketahui hakekat dari sifat ini. Bahwa tidaklah pantas kecuali bagi Alloh SWT. Hamba yang menyadari hakekat sifat ini sikapnya adalah tidak mengharapkan rizki kecuali dari-Nya. Kedua, hendaknya ia meminta kepada Alloh SWT agar dirinya dikaruniai ilmu yang bisa menunjuki, lisan yang bisa menuturkan dan tangan yang suka bersedekah. Dan hendaknya ia menjadi sebab sampainya rizki yang mulia kedalam hati hamba-hamba-Nya yang lain dengan perkataan dan perbuatannya.
MENYADARI HAKEKAT RIZKI
Kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan-Nya. Semua berada dalam genggaman-Nya. Alloh berbuat sekehendak-Nya, tanpa ada yang bisa menghalangi-Nya. Jika Alloh menghendaki apapun, Alloh tinggal mengatakan jadilah, maka terjadilah.  Alloh memaklumkan kepada semua hamba-Nya tentang ke Maha kuasaan-Nya dalam firman-Nya:” Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS : Yaasiin (36) : 82). Yang demikian itu sangat mudah bagi Alloh karena Alloh-lah yang menciptakan alam semesta ini, kemudian menggenggamnya dan Alloh pulalah yang mengatur segala urusan alam semesta ini. “Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Alloh-lah dikembalikan segala urusan. . (QS : Al Hadid (57) : 5).
Tidak ada perkara yang besar maupun yang kecil yang terjadi begitu saja, baik di bumi dan di alam semesta ini, melainkan dengan takdir-Nya. “ Dan pada sisi Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) (QS : Al An ‘Am (6) : 59).
Jika kejatuhan daun dari pohon atau sebutir biji debu adalah dalam pengaturan-Nya. Maka apakah akan ada manusia yang mengatakan bahwa soal kelapangan dan kesempitan rizki yang dialami manusia terlepas dari takdir-Nya. Sungguh naïf jika berpikiran demikian. Soal rizki Alloh berfirman“ Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.  (QS : Al Israa’ (17) : 30).
Soal hamba yang dipilih dikaruniai kelapangan atau kesempitan,  Alloh  menetapkan dengan ilmu-Nya yang tidak mungkin terjangkau manusia. Karena manusia tidaklah diberi ilmu melainkan sedikit, “ Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS : Al Israa’ (17) : 85). Karena sedikit maka tidak mungkin menjangkau ilmu-Nya. Semua yang ditetapkan-Nya sudah berdasarkan ukuran yang terbaik menurut ilmu-Nya yang Maha mutlak kebenaran-Nya,” Alloh menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (QS : Asy Syuura (42) : 27)
Setelah mengetahui hakekat kelapangan dan kesempitan rizki itu berada dalam pengaturan-Nya, maka yang diperlukan adalah cara menyikapinya. Apabila manusia memahami kelapangan dan kesempitan rizki  sebagai kebaikan dan keburukan, maka ketahuilah bahwa keduanya sama saja, yaitu sama-sama ujian dari Alloh. Dengan ujian itu Alloh akan memilah mana hamba-Nya yang lurus dan bengkok imannya atau malah kufur kepada Tuhan-Nya. Kelak mereka saat kembali kepada Alloh akan dibalas tentang cara menyikapi ujian. “ Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS : Al Anbiya’ (21) : 35).
Kalau saja hati manusia mau meyakini ayat-ayat-Nya dengan sungguh-sungguh, maka tentu tidak perlu ada kebanggaan dalam kelapangan atau keputusasaan dalam kesempitan. Karena keduanya sesungguhnya adalah ladang amal. Yaitu bersyukur dikala lapang dan bersabar di kala sempit. Dalam syukur dan sabar ada catatan amal kebaikan (pahala). Sedang kehidupan dunia, apapun bentuknya, kata Sang Maha Pencipta adalah permainan belaka,” Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Alloh serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS : Al Hadid (57) : 20).
Ah, sayang tidak semua manusia memahami apa yang difirmankan Alloh. Akibatnya ada diantara mereka yang bernasib sama dengan semut yang justru mengalami kemalangan di tengah hamparan gula yang manis. Berapa banyak manusia yang celaka disaat kelimpahan harta berlimpah. Demikian pula, berapa banyak manusia yang kufur ketika dirinya dalam kesempitan. Wallohu a’lam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar